WEB BLOG
this site the web

When I start on my 22 years old...


Tik tok... tik tok... tik tok...
Menjelang resminya jarum panjang jam ke angka 12 tepat malam ini, ada setangkup ketakutan menghujam jantungku. Menggerilya tiap sudut hati dengan berjuta pertanyaan tentang apa yang akan aku lakukan dan apa yang belum aku lakukan.

Huuuff... ingin rasanya menjadi remaja dewasa seperti biasa yang masih bisa menikmati duduk di bangku kuliah dengan jeans dan kaos lengkap dengan sepatu kets khas anak kuliahan seusiaku.

Tapi.... nasibku berbeda.
Ditempa lebih keras oleh kehidupan. Menjadi kakak dari 4 adik. Menjadi contoh yang akan di jiplak adik-adikku (kenyataannya memang adikku copy-cat semua. hehehehe...).
Berat rasanya selalu menjadi sebilah tumpuan bagi mereka, tapi aku sadar bahwa ini adalah sebuah keistimewaan milikku sendiri.

Dengan adik yang bangga ketika seseorang memujinya cantik seperti kakaknya, pintar seperti kakaknya, dewasa seperti kakaknya, dan bla... bla... bla... itu membuatku sangat bersyukur memiliki mereka yang selalu ada untukku.

Bersyukurnya aku menjadi panutan bagi mereka, tapi tidak seperti guru.
Aku kakak mereka... sahabat mereka... tempat sampah mereka.
Aku menikmatinya. Sangat.

Aku menyesali ujarku ketika aku merasa putus asa beberapa tahun lalu, pernah terucap... "Mengapa hidupku tidak berhenti ketika aku masih 15 tahun saja?? ketika segalanya masih begitu mudah."
Ternyata AKU SALAH, SALAH BESAR! (ampuni aku Tuhan).
Jika saja Tuhan benar-benar menghentikan segalanya saat itu,... aku tidak akan pernah merasakan menikmati fase hidup terindah saat ini. Aku tidak akan menemukan bahwa diriku begitu berharga dan dicintai. Aku tidak akan sadar bahwa ada begitu banyak mimpi yang menanti untuk ku raih. Aku tidak akan pernah tahu rasanya menjadi wanita yang dinanti-natikan oleh banyak pria-pria luar biasa dalam hidupku. Aku tidak akan pernah bisa melihat sahabat-sahabatku tumbuh bersama menjadi dewasa. Aku tidak akan bisa berjoget dan berceloteh apapun itu bersama mereka... bersama Mama, Papa, Rani, Rena, Ruri, Dhito, Antrax, Rini, Bernard, Meydha, Laily, Putri, Minori, Icha, Ichal, Ine, mbak Joice, mbak Sisil, Abung, mbak Nadia, Mas Pam, Ayiiz, mbak Vee, Maria, Mario, mbak Tyas, mbak Intan, mas Wawan, mas Pungkas, Meme, Alaa, Imii, mas Wawang, mbak Titien, Nurie, Deshint, Jay, Rizza, mbak Julta, Molly, Joyce,Yuz, sahabat-sahabat dunia mayaku, dan lain lain lain,.... yang benar-benar tak bisa kusebut satu persatu nama-nama yang mewarnai hidupku.
Aku sangat menyadarinya ketika langkahku terhenti di sisi 11 lilin indah menyala terang di sisi kiriku dan 11 lagi di sisi kanan jalan yang aku lewati. Mamaku di ujung jalan itu membawa kue ulang tahun untukku (meski ternyata ada kekeliruan pas order, tapi kuenya tetep enak :D), adek-adekku dan Papaku bersiap memelukku, dan orang-orang terkasihku membawa bunga mawar putih dan menjaga lilin-lilin itu tetap menyala untukku. Its a beautiful life.

Seandainya saja Tuhan menetapkan langkahku sampai disitu saja, aku tidak akan pernah sempat belajar bagaimana menjadi pribadi yang lebih kuat dari sebelumnya.

Oh.... INDAHnya 22 tahun ini.
Mempesona dengan segala rahasia ilahiNya.

Aku tercengang oleh tiap inchi berkat yang Tuhan beri. Yang bahkan tak pernah mungkin bisa dihitung sepanjang masa.

Aku bangga menjadi bagian dari alam semesta ini
.

by Adjeng Riri Dhewantie Kusuma Mahendra
a.k.a Mbak Iyi a.k.a Pesek a.k.a Ndut a.k.a Tomat a.k.a Dore a.k.a Nenek a.k.a Antie a.k.a Dhee Mahendra


(3 Desember 2010, 17:15 till drop, kantor tempatku besar dilanjutkan di kamar paling nyaman didunia)

0 komentar:

Posting Komentar

PLease Give Me Your Suggest...

 

W3C Validations

Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Morbi dapibus dolor sit amet metus suscipit iaculis. Quisque at nulla eu elit adipiscing tempor.

Usage Policies